Sunday, February 26, 2012

RAHASIA BAHAGIA



Weekend lalu, keluarga kecil kami didatangi oleh sepupu dari suamiku dari Tanggerang. Kebetulan istrinya sedang pulang ke rumah orangtuanya yang ada di Garut. Setelah melepas kepergian istri bersama bidadari cantiknya di Gambir, sepupu suamiku berniat untuk mengunjungi gubuk kecil kami di daerah Bogor. Sebagaimana keadaan sebelum-sebelumnya, dengan kondisi apa adanya, kami selalu berusaha memberikan dan mempersiapkan yang terbaik untuk menyambut setiap tamu yang akan berkunjung ke rumah kami.  
Sesampainya ia dirumah kami, seperti biasa, apapun yang ada dirumah kami suguhkan meskipun tidak semewah dihotel berbintang. Dengan mengemban prinsip “Ikromu duyuf (memuliakan tamu)” selama kami mampu, apapun kami berikan. Sikap ku dan suamiku tidak ada yang berbeda, seperti biasa dan dihadapan siapa saja, tertawa, canda, yah,,, tidak ada yang ditutup-tutupi. Karena itulah kami, kami ingin menjadi diri kami sendiri “it’s me”, tidak ada istilah jaga image ataupun semacamnya, kami pun tidak berusaha dan tidak berkeinginan untuk menjadi orang lain, karena inilah KAMI (pasangan yang hampir satu tahun menikah dengan hidup apa adanya).
Hingga keesokan harinya sepupu suamiku pun berpamitan pulang. Esoknya disaat suami ku masuk kerja, diselingi aktifitas rutinnya di kantor, suamiku pun chat melalui salah satu jejaring sosial yang ia miliki, dan saat itu suami ku ngobrol dengan sepupunya yang mengunjungi rumah kami. Dipertengahan percakapan antar kedua lelaki ciptaan tuhan itulah sepupunya menyampaikan kesan-kesannya tentang keluarga kecil kami.
“Aku lihat, koq keluarga kalian selalu bahagia sih, sepertinya hidup kalian tidak ada beban gitu, rahasianya apa?”
“Tidak ada rahasianya mas, yah, gitu2 aj, yang penting kita selalu bersyukur, caranya ya nggak ninggalin shalat, berdo’a-berserah diri sama Yang Punya Kehidupan, Sedekah, Shalat Dluha, dan kita juga harus yakin seyakin-yakinnya karna Allah yang ngasih rizki (makhluk yang paling kecil aja udah dijamin rizkinya ma Allah, apalagi makhluk segede gaban kayak kita) harus yakin tanpa ada sedikit keraguan sedikitpun.” Sejenak suamiku menghela nafas sambil melanjutkan ketikannya di layar komputer.
“Tidak cinta dunia dan cinta harta, karena semua itu hanya sementara. Sadari bahwa Allah hanya mengamanahkan itu kepada kita untuk digunakan, dirawat dan dijaga, tidak untuk dimiliki. Dengan itu, kita tidak akan merasa kehilangan ketika apa yang kita miliki itu sudah tidak ada. Lalu silaturrahmi, dan yang terakhir adalah ikhtiar.”

Dan memang begitulah, ia, imamku, selalu mengingatkan ku tentang ‘RAHASIA BAHAGIA’ itu. Setiap hari tidak pernah ia bosan mengingatkan nasihat itu, dan aku, harus untuk tidak bosan mendengar ‘OCEHAN’ magic itu.
Ia selalu mengingatkan ku untuk shalat Isya’ dulu sebelum aku ketiduran karena lelahnya seharian bekerja, Ia yang selalu mengajakku untuk selalu berdo’a selepas shalat, Ia yang mengajarkanku untuk membeli barang dagangan penjual yang terlihat sudah tua renta-meskipun sebetulnya kita tidak membutuhkan barang tersebut, Ia juga yang tidak pernah khawatir dengan selalu meyakinkanku yang sangat khawatir tentang manajemen keuangan bulanan “tenang dinda, insya Allah nanti juga ada rizkinya, yakin deh”, Ia juga yang mengingatkan kan ku untuk tidak menganggap harta yang kita miliki itu milik kita-tapi milik Allah-kita hanya dititipkan untuk menjaganya, Ia yang selalu mengajakku silaturrahmi di akhir pekan kami-baik kerumah saudara maupun mengunjungi teman-teman kami, dan Ia yang selalu menuntunku untuk selalu ikhtiar dan tetap berusaha melalui setiap jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT (dengan memanfaatkan setiap chance/kesempatan sebaik-baiknya). Oleh karena itu aku selalu bangga menyebut ia, SUAMIKU.  I’m so Proud of You.

Terima kasih Tuhan.

Jangan nunggu BAHAGIA dulu baru bersyukur, tapi bersyukurlah dulu maka kita akan merasa tambah bahagia.

No comments:

Post a Comment