Wednesday, June 1, 2011

Price System Vs Value System

Setiap orang tentunya ingin sukses dalam menjalani hidupnya. Kadar sukses seseorang tentulah berbeda-beda. Apakah itu menjadi kaya, berhasil dalam karir, atau bahkan dapat merasakan bangku kuliah setinggi-tingginya. Yang paling sederhana tentunya seseorang ingin sukses ketika ia dapat melewati hari ini dengan lebih baik dari yang kemarin. 
Antonim kata sukses adalah gagal. Ketika seseorang belum siap mental untuk gagal, maka tentunya ia juga belum siap pula untuk sukses. Calon wakil rakyat misalnya, sebagai negara penganut sistem demokrasi yang berprinsip "dari rakyat untuk rakyat dan kembali ke rakyat", negara memberikan kebebasan untuk rakyatnya mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Pemilihan Soekarno Hatta menjadi presiden RI pertama negeri ini tentulah tak lepas dari dedikasi yang dimilikinya untuk kemerdekaan bangsa ini, serta atas pertimbangan rakyat Indonesia. Oleh sebab itulah presiden Soekarno memiliki 'nilai' dan pantas untuk dijadikan pemimpin negeri. Presiden Soekarno merupakan contoh kecil pemimpin yang dipilih karena 'nilai'/value yang dimilikinya dan berguna bagi banyak orang. 
Lalu bagaimana dengan sistem pencalonan akhir-akhir ini...? Jika anda ingin mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, ada beberapa pertanyaan yang harus anda jawab:
"Berapa banyak uang yang saya miliki untuk mendapatkan massa?", 
"Berapa besar anggaran yang harus saya keluarkan untuk membayar tim sukses?",
"Berapa rupiah yang saya butuhkan untuk memasang pamflet, brosur, cendera mata, buku yasin untuk kampanye?"
"Berapa duit yang harus saya korupsi agar modal kampanye saya dapat BEP atau bahkan surplus?"
yah... sebaiknya liat dulu deposito atau tabungan atau investasi atau probability anda untuk berhutang ke bank, karena kalau tidak, jangan harap anda dapat menang dalam kampanye pemilihan wakil rakyat. 
Inilah sistem pemilihan wakil rakyat sekarang ini. Yang semuanya harus di'harga'i (diberi harga), harga yang lebih mahal, maka dialah yang menang, PRICE SYSTEM DEMOCRACY.
Rasulullah SAW digelari Al-Amin karena memiliki sifat jujur, amanah, serta memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat baik. Rasulullah tidak hanya menjadi pemimpin suatu kaum saja, akan tetapi beliau adalah kepala pemerintahan Madinah hingga akhirnya harus hijrah ke kota Makkah Al-Mukarromah. Kebijakan beliau yang paling penting dalam moment ini adalah mempersatukan antara kaum Muhajirin dan Anshor, sehingga tidak terjadi perpecahan antara dua kubu. Rasulullah juga memimpin ekonomi politik dengan mendirikan baitul bal sebagai pusat lembaga keuangan pada saat itu, melarang praktek maghrib (Maysir, Gharar, dan Riba)dalam setiap transaksi pasar, serta menerapkan pengambilan zakat, penetapan 'ushr (pajak), Khums, Jizyah, kharaj, Fay' sebagai sumber pemasukan negara. Rasulullah juga mengatur sistem upah agar tidak merugikan pihak pekerja maupun pemilik usaha. Sehingga selama pemerintahan beliau, orang-orang miskin, yatim-piatu dan anak terlantar dijamin hidupnya oleh negara. Rasulullah merupakan model yang sangat bagus sebagai seorang pemimpin.
Oleh sebab itu, untuk menjadi pemimpin, baiknya kita harus tahu dulu 'nillai-nilai' yang dimiliki oleh calon pemimpin kita nanti. 
"Who is he?"
"How is he?"
"What can he do for us and our nations?"
Bukan karena harga yang ia tawarkan....
Choice is yours;)