Tuesday, April 10, 2012

Penerapan Strategi Perang Rasulullah Dalam Pemasaran Produk Bank Syariah

By : Alihozi

Dalam buku-buku sirah nabawiyah kita bisa mengetahui perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam menegakkan kalimat tauhid dimuka bumi ini teramatlah berat , banyak pengorbanan yang diberikan buka hanya waktu, fikiran, tenaga dan harta akan tetapi juga darah dan air mata melalui peperangan melawan kaum kafir baik dari bangsa arab sendiri maupun kaum kafir bangsa romawi dan kaum kafir bangsa Persia, oleh karena itu belumlah sempurna iman seorang muslim kalau ia tidak mencintai Rasulullah dan para sahabat yaitu tidak mau tahu sejarah perjalanan perjuangan Rasulullah dan para sahabat dan meneladaninya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak akan kembali menceritakan detail perjalanan perjuangan Rasulullah dan para sahabat tsb karena mereka sudah mendapatkan tempat terhormat untuk itu. Penulis hanya akan menguraikan sedikit penerapan strategi perang Rasulullah dalam pemasaran produk – produk bank syariah karena profesi penulis sebagai seorang bankir syariah semoga Allah,SWT meridhai tulisan ini agar bisa bermanfaat bagi orang lain yang ingin terjun ke dunia praktek perbankan syariah khususnya dunia pemasaran (marketing).

Kalau kita perhatikan dengan seksama dalam buku – buku sejarah Islam setiap peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat selalau diakhiri dengan kemenangan kecuali perang uhud mengalami kekalahan itupun bukan kesalahan Rasulullah dalam melakukan strategi peperangan akan tetapi karena tidak patuhnya sebagian para sahabat terhadap perintah Rasulullah. Maka tidaklah heran kalau strategi tempur Rasullah banyak panglima perang terkenal sesudahnya yang mengikutinya. Yang menjadi pertanyaan sekarang, dengan tetap menomor satukan pertolongan dari Allah,SWT apa sebenarnya yang menjadi faktor penentu kemenangan Rasulullah dan para sahabat dalam setiap peperangan tsb , berikut beberapa faktor penentu kemenangan tsb yaitu :

1. Iman (moralitas dan loyalitas) para sahabat (prajurit muslim) yang siap berkorban apa saja termasuk mati untuk Allah dan Rasulnya.

2. Kepemimpinan atau keteladanan Rasulullah yang baik dan berkarakter kuat.

3. Penggunaan semua sumber daya yang dimiliki Rasulullah dan para sahabat untuk memenangkan setiap pertempuran.

4. Kedisiplinan dan kepatuhan para sahabat dalam menjalankan perintah pimpinan yaitu Rasulullah.

5. Pengetahuan dan Pemahaman Rasulullah dan para sahabat akan kekuatan dan kelemahan lawan yang sangat bagus.

6. Kecepatan Rasulullah dan para sahabat dalam menjalankan strategi pertempuran yang sudah direncanakan.

7. Kemampuan Rasulullah dan Sahabat dalam bertahan menghadapi serangan musuh baik dari dalam maupun dari luar.

8. Dan lain sebagainya

Bank syariah-bank syariah di Indonesia, yang dalam menjalankan operasionalnya berdasarkan hukum syariah yang dibawa Rasulullah sudah seyogyanya menggunakan strategi perang Rasulullah sebagai strategi pemasaran produk mereka. Dan juga karena dalam memasarkan produknya, bank syariah di Indonesia menghadapi dunia persaingan yang berat, yang dapat diibaratkan sebagai sebuah pertempuran, karena menghadapi competitor – competitor yang sudah berpengalaman ratusan tahun dalam menjalankan bisnis perbankan nasioal ditambah lagi kurang adanya dukungan dari pemerintah yang sampai dengan saat ini belum mau mengkonversi salah satu bak BUMN menjadi Bank Syariah . Sampai saat ini pangsa perbankan syariah masih amat kecil bila dibandingkan dengan pasar perbankan nasional.

Oleh karena itu Bank syariah harus memiliki factor-faktor penentu kemenanan perang Rasulullah tsb di atas agar dapat memenangkan persaingan yang berat itu.

Pertama, Bank syariah harus memiliki pimpinan dan karyawan yan memiliki moralitas (iman) yan kuat yaitu mempunyai rasa memiliki bank syariah karena mencari ridha Allah,SWT yaitu selain sebagai tempat untuk mencari nafkah hidup juga menjadikan bank syariah sebagai tempat memperjuangkan dakwah Islam di tanah air, apabila pimpinan dan karyawan bank syariah tidak ada rasa memiliki bank syariah tsb maka pimpinan dan karyawan tsb tidak akan mau berkorban memberikan yang terbaik untuk bank syariah.

Kedua, Bank Syariah harus memiliki pimpinan dari level atas s/d pimpinan level bawah yang bisa memberikan keteladanan bagi karyawan bank syariah yang dibawah supervisinya, tidak hanya pandai memberikan intruksi dari belakang meja tapi juga membantu bawahannya yang sedag menghadapi kesulitan dalam memasarkan produk-produk bank syariah.

Sebagai contoh Rasulullah dalam setiap pertempuran tidak hanya pandai memberikan intruksi tapi juga ikut tampil paling depan di medan pertempuran yaitu pernah dalam peran uhud Rasulullah terluka wajahnya terkena lemparan senjata kaum kafir qurais dan terperosok dalam lubang., dalam perang khandaq Rasulullah ikut membatu menggali parit Dan perang hunain di saat para sahabat lari ketakutan, Rasulullah tetap maju paling depan sehingga para sahabat menemukan kembali keberanian bertempurnya serta masih banyak contoh teladan Rasulullad lainnya. dalam medan pertempuran.

Ketiga, Rasulullah dalam setiap pertempuran mengerahkan semua sumber daya dan kemampuan setiap para sahabat , Bank Syariah bila ingin memenangkan persaingan dengan competitor harus mengerahkan potensi semua pegawai untuk mempengaruhi kepuasan pelanggan secara langsung maupun tidak langsung tidak hanya mengandalkan bagian marketing.

Semua pegawai harus menyadari keuntungan bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang.. Namun, tidak semua pegawai berhubungan langsung dengan pelanggan. Oleh karena membangun hubungan pelanggan tidak selalu mungkin dilakukan secara langsung, dengan demikian bentuk-bentuk hubungan antara satu pegawai dengan pegawai lain terhadap para pelanggan akan berbeda dengan tujuan yang sama.

Keempat , Pengetahuan dan Pemahaman Rasulullah dan para sahabat akan kekuatan dan kelemahan lawan sangatlah bagus, sehingga Rasulullah bisa menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi setiap pertempuran, Contoh dalam perang khandak Rasulullah dan para sahabat sebelum pertempuran sudah mengetahui kekuatan dan kelemahan musuh dengan menyebarkan spionase(mata-mata) di segala penjuru jazirah arab sehingga bisa menerapkan strategi perang parit, Bank Syariah yang ingin memenangkan persaingan dengan bank konvensional haruslah memberikan pendidikan kepada setiap pegawainya pengetahuan bukan hanya tentang perbankan syariah tetapi juga penetahuan tentang perbankan konvensional. Bagaimana bank syariah bisa memenangkan persaingan kalau pegawainya jika ditanya tentang keunggulan dan benefit bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional tidak bisa menjawab karena kurangnya pengetahuan.

Dan juga bank syariah harus mengumpulkan semua informasi pasar yang penting. Penggunaan spionase (mata-mata) pasar yang jitu akan meningkatkan pengetahuan untuk menyerang pasar dan mendiferensiasikan diri dalam mind share pelanggan. Pemasar bank syariah juga tidak bisa mengabaikan gerakan pesaing, lebih-lebih lagi tidak bisa mengabaikan kebutuhan nasabah. Dalam dunia pemasaran perbankan nasional , bank syariah harus mengenal siapa nasabahnya, mengenal siapa pesaingnya, dan mengenal diri bank syariah sendiri untuk dapat merebut kemenangan.

Tangerang , 1 April 2012

Alihozi (praktisi bank syariah)

JANGAN LEWATKAN: TRAINING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA), SABTU 28 APRIL

PENDAHULUAN
Data Envelopment Analysis pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Semenjak itu pendekatan dengan menggunakan DEA ini banyak digunakan di dalam riset-riset operasional dan ilmu manajemen. Pendekatan DEA ini lebih menekankan kepada pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih difokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan/UPK (decision making units). Semenjak tahun 1980an, pendekatan ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari industri perbankan secara nasional.
DEA merupakan suatu teknik program linier yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana suatu proses pengambilan keputusan dalam suatu unit beroperasi secara relatif dengan unit lain dalam sampel. Selanjutnya proses tersebut akan membentuk suatu garis frontier yang terbentuk dari unit-unit yang efisien yang kemudian dibandingkan dengan unit yang tidak efisien untuk menghasilkan nilai efisiensinya masing-masing.
Karena pentingnya metode riset ini, maka SMART CONSULTING akan mengadakan pelatihan selama sehari terkait dengan tema metodologi Data Envelopment Analysis ini.

MATERI TRAINING DEA:
1.      Konsep Dasar Efisiensi
2.      Perbedaan SFA, DFA dan DEA
3.      Metode Parametrik dan Non-Parametrik
4.      Kelebihan dan Kekurangan beberapa Metode Pengukuran Efisiensi
5.      Efisiensi Teknis
6.      Efisiensi Alokatif
7.      Mengenal Konsep Constant Return to Scale (CRS)
8.      Konsep Variable Return to Scale (VRS)
9.      Input-Oriented Measures
10.  Output-Oriented Measures
11.  Karakteristik DEA
12.  Dua Model DEA
13.  Materi Praktik dengan Software
14.  Contoh Penelitian dengan DEA
15.  Diskusi dan Sharing
PROFIL TRAINER
Ascarya, Ir. MBA., M.Sc  (Peneliti Bank Indonesia pada Pusat Pendidikan Studi Kebanksentralan/PPSK, Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Dosen Pasca Universitas Trisakti, Pembicara Konferensi dan Forum Nasional dan Internasional Ekonomi-Keuangan Islam, menyelesaikan Master pada Pittsburg University, USA).
SASARAN PESERTA
Praktisi Perbankan dan Lembaga Keuangan Lain, terutama Divisi Riset Development, dan Pemimpin Cabang, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas/ Sekolah Tinggi se-Indonesia.
WAKTU DAN TEMPAT
Hari/ Tanggal                : Sabtu / 28 April 2012
Pukul                            : 08.30 – 15.30 WIB
Tempat                        : Ruang Pascasarjana
Universitas Ibnu Khaldun (UIKA), Bogor.

 
INVESTASI:
Rp 750.000/peserta. Untuk paket 3 orang dari lembaga yang sama, hanya Rp 2.000.000/3 orang.

FASILITAS:
Seminar Kit, Modul Training, Lunch, Coffee break, Sertifikat, Ruang Kelas Ber AC.

CONTACT PERSON & PENDAFTARAN:
Devi    : 085719411833 (abristasmart@gmail.com)
Aam    : 087770574884

Sunday, April 1, 2012

Good Learner = Professional


Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang akan dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya. Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi seorang professional.

1. Menguasai pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.
Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

3. Mempunyai integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?
Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.
Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.
Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.
Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.
Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan

Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.
Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.
Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.
Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator  bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.
Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.