Friday, December 2, 2011

Catatanku…



Aku memang tak sehebat Ki Hajar Dewantara yang berhasil menjadi bapak pendidikan Indonesia. Aku juga tidak sehebat Bapak Wardiman Djoyodiningrat yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdikan dirinya di dunia pendidikan hingga dinobatkan menjadi menteri pendidikan Indonesia era Orde Baru. Dan aku juga bukan mereka para professor yang mengisi mata kuliah umum di universitas-universitas ternama dan berorasi hasil karya mereka. Yah, aku hanyalah makhluk tuhan yang biasa saja mungkin, dan tidak punya apa-apa yang patut untuk dibanggakan.



Hari demi hari ku jalani ibarat air yang mengalir, kemanapun arus membawaku, disitulah aku berada dan melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi ini. Hingga suatu hari setelah mengikuti pelatihan motivasi, aku mulai sadar, bahwa untuk mencapai keberhasilan kita harus berani keluar dari “comfort zone”/zona nyaman kita.
Semenjak itulah aku mulai berani mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu demi mencapai impianku. Ceritaku ini mungkin akan aku awali semenjak aku duduk di bangku kuliah. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, tulisan ini hanya sebagai motivasi diri untuk terus maju. (mungkin yang tidak berminat untuk membaca, dengan segala kerendahan hati aku persilahkan close laman ini;)

Awal sekali aku menjadi mahasiswa, kakak kelas BEM menawarkan aku untuk berpidato dalam bahasa Inggris dalam rangka meramaikan acara kampus. Jujur, waktu SMA aku sama sekali tidak ahli untuk urusan bahasa yang satu ini (mungkin kalo anda tidak percaya tanya pada teman-teman SMP/SMA ku) seorang Abrista Devi tidak ada catatan berprestasi di mata pelajaran Bahasa Inggris. Yah, mungkin kalo dibilang bisa ya bisa tapi gak jelas grammar maupun pronunciation nya. Tapi entah ada kekuatan apa yang menyebabkan aku menganggukkan kepala tanda aku menerima tawaran kakak kelas ku itu. Tanpa berpikir dahulu apakah aku bisa atau tidak. Tadinya memang aku berpikir, ini adalah kesempatan emas untuk ‘show up’ diri agar dikenali banyak orang. Tapi malamnya aku mulai keringat dingin, bagaimana cara membuat pidatonya, terlebih lagi translate ku sangat buruk sekali. Aku mulai berdoa, ya Allah andaikan keajaiban itu datang.  Tapi nasi sudah jadi bubur, aku terlanjur telah menerima tawaran itu, so… it’s my turn. Aku berusaha memberikan yang terbaik.
Dengan bapak Prof Wardiman Djojonegoro (Menteri Pendidikan 1993)
Hingga akhirnya benar saja, setelah kejadian itu banyak tawaran yang aku terima terkait dengan “Bahasa Inggris”. Mulai dari menjadi asisten dosen untuk mata kuliah bahasa Inggris, hingga menjadi dosen bahasa Inggris, dan di semester  7 aku ditawarkan menjadi MC, moderator, plus gaet untuk event organizer yang menyelenggarakan seminar internasional dimana narasumber nya para turis asing, dan tentunya seminar tersebut overall in English (meaning that I have to speak English). Dengan itu, impian ku untuk jalan-jalan keliling Indonesia tercapai sudah, aku bisa jalan-jalan gratis dan menginap di hotel berbintang, yah, meskipun belum seluruh 5 pulau besar aku kunjungi, tapi aku sangat bersyukur dengan mukjizat satu ini.
Pelajaran pertama yang dapat aku ambil adalah “Dengan berani mengambil keputusan yakinlah kau tetap akan memetik manis buahnya kelak meskipun tidak sekarang”.
Menunggu kepulangan with Mr Juergen Barends form Germany-Kalimantan Timur
Menunggu kepulangan di Lanud Sultan Mahmud Badaruddin, Palembang

Setelah mengisi acara di Universitas Indonesia
Sebelum acara di depan hotel, Lampung with Woijtek , exchange student of Polondia
Mau berangkat ke gedung pertemuan, Lahat
Bersama pembicara di Metro Lampung
me 'n sista N-nung di Unila, Lampung
Pengalaman lain yang ingin aku bagi adalah saat sedang menghadiri acara yang diselenggarakan oleh IAEI, dosen pembimbing ku di Pasca sarjana menawarkan aku untuk mengajar di salah satu universitas di Bogor. Disaat aku tanya mata kuliah apa yang akan aku ajarkan, dosen ku pun menjawab “Metodologi Penelitian”. Sejenak kerongkongan ku terasa kering dan aku rasa aku butuh minum. Untunglah waktu itu suami ku setia menemaniku hingga sedikit perasaan lega menyelimutiku.  Belum sempat dosen ku menjelaskan aturan mainnya, Amazing, aku langsung mengiyakan, dan saat itu yang ada dalam pikiran ku hanyalah “Great, ini kesempatan emas, terima saja Devi”. Seperti biasa, keputusan yang diambil tanpa pertimbangan yang matang itupun menyisakan PR untuk ku, “ceroboh kamu dev…. Ambil keputusan tanpa dipikir matang-matang”. Seperti biasa lagi, malamnya aku langsung keringat dingin. Mau tau kenapa?
Sejarah bangku kuliah memberikan fakta bahwa, tidak ada catatan prestasi ku untuk mata kuliah satu ini. mata kuliah statistik maupun matematika pun aku harus mengulang. Salah satu keputusan ku untuk masuk IPS adalah memang karena aku tidak suka ilmu eksak dan benci sekali matematika. My God…. Ada apa ini… (jika anda tidak percaya tanya saja dengan teman-teman kuliah ku). Disamping itu, aku sangat sangat pemula untuk menjadi tenaga pendidik mahasiswa semester akhir (karna memang biasanya aku mengajar mahasiswa semester awal).
Nasi sudah menjadi bubur, aku harus melakukan sesuatu.  Akhirnya aku menghubungi teman-teman, kakak kelas, adik kelas yang memang paham dengan mata kuliah satu ini untuk belajar. Sempat ada orang yang bilang, ih, dosen belajar sama mahasiswa S1. Bodo’ ah, yang penting pas ngajar aku bisa and gak malu-maluin. Belajar tidak memandang umur dan siapa orangnya. Seperti kata pepatah Arab mengatakan “Unzur maa qoola wa laa tanzur man qoola”/lihat lah apa yang dibicarakannya dan jangan lihat siapa yang berbicara. Thank’s God, finally , I can past this challenge, pertemuan pertama sukses, semoga proses tetap berjalan sesuai yang direncanakan.  
Pelajaran kedua yang dapat aku ambil adalah “Cara belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan dan menulis”, karena dengan memberi berarti kita juga menerima. Jika kita mengajar, automatically kita harus belajar terlebih dahulu, dari belajar untuk mengajar itu kita juga akan mendapat ilmu.
Jadi, sukses menurut aku tidak dilihat dari hasil akhir. Sukses tidak dilihat dari berapa banyak harta yang sudah kita miliki, sudah menjabat apakah kita sekarang.  Tapi jika kita sudah dapat melewati setiap proses demi proses dengan baik maka itu adalah sukses, pun jika kita gagal, itu adalah sukses yang tertunda.
Tetaplah bermimpi kawan, keluar dari zona nyamanmu, cari tantangan untuk hidupmu, Semoga rahmat Tuhan selalu menyertaimu.
Lahaulawalaa quwwataillabillahil ‘aliyyil ‘adzim

1 comment:

  1. Subhanallah DE.... Belum tentu aq bisa berani nulis n bertindak kayak kamu DE. Sepertinya aq harus belajar ma kamu nih!
    Semangattt!!!

    ReplyDelete