Monday, October 31, 2011

Pentingnya Belajar Ekonomi Islam Sejak Usia Dini



Anak adalah asset terpenting dalam suatu negara. Kesuksesan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi mudanya untuk turut berkontribusi dalam membangun negeri. Berhasilnya Pembangunan dalam negeri seringkali diukur berdasarkan kesejahteraan masyarakatnya baik dari aspek pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.  
Manusia sosial juga merupakan pelaku ekonomi, dimana tidak akan terlepas dari kegiatan bermuamalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tua, muda, kaya, miskin, semua manusia yang hidup dimuka bumi ini tidak terlepas dari kegiatan perekonomian. Semakin tingginya angka perekonomian suatu negara maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan negara tersebut yang dicerminkan berdasarkan angka GDP atau GNP baik melalui pendekatan pemasukan maupun pengeluaran. Oleh sebab itulah kebijakan ekonomi suatu negara seringkali menjadi perhatian khusus bagi para pengambil kebijakan karena dengan bagusnya angka perekonomian suatu negara maka kondisi sosial masyarakat tersebut dapat dikatakan makmur. Kondisi perekonomian yang baik didorong oleh sektor usaha yang produktif, dimana salah satunya adalah dengan berbisnis/berdagang.    
Jika diamati, orang-orang kaya yang dirilis pada setiap media baik lokal maupun internasional adalah mereka yang berprofesi sebagai pembisnis daripada mereka yang berstatus karyawan atau pegawai. Majalah Forbes misalnya, mengungkap orang terkaya di dunia dimana latar belakang hasil kekayaan mereka berasal dari berbisnis. Kemuliaan bagi pembisnis ini telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam firmanNya yang berbunyi:
Allah menghalalkan jual beli……” (QS Al-Baqarah:275)
Ayat diatas diperjelas melalui hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa
9 dari 10 pintu rezeki terdapat dalam perdagangan…”
Bilangan yang sama juga terdapat dalam kenyataan sejarah para sahabat; 9 dari 10 orang sahabat yang dijanjikan surga adalah para saudagar kaya.
Namun hal terpenting yang perlu diingat adalah prinsip berbisnis dalam Islam berbeda dengan prinsip bisnis dalam ekonomi konvensional baik dari aspek tujuannya maupun caranya. Seperti misalnya tujuan ekonomi kapitalis adalah mengeluarkan modal sekecil-kecilnya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Lain halnya bagi seorang muslim, keuntungan bukanlah tujuan utama akan tetapi hanya sebuah perantara, tujuan utamanya adalah untuk meraih ridha Allah SWT. Jika Allah ridha maka usahanya pun akan berkah, keberkahan usaha ditunjukkan dengan dicukupkannya seseorang dalam hidupnya.
jika kamu bersyukur maka akan aku tambahkan nikmatku….. “ (QS.Ibrahim: 7)
Keberkahan dalam usaha didapat melalui cara berbisnis, diantaranya jujur dalam berdagang, adil menakar timbangan, tidak mendzalimi sesama, berbuat ihsan, dan masih banyak lagi akhlak serta etika yang harus dimiliki ketika berdagang. Akhlak seperti ini harus diwujudkan mulai dari anak usia belia, karena menerapkan sikap jujur, adil, ramah, dan sebagainya sejak usia dini akan menciptakan pembiasaan diri bagi anak.
Jika sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk jujur ketika berbisnis, adil ketika menimbang, maka ini akan membentuk karakter anak hingga ia dewasa untuk selalu jujur dan adil disetiap aspek kehidupannya. Jika diamati kondisi saat ini dimana koruptor merajalela, perilaku suap menyuap sudah menjadi pemandangan yang biasa, pemungutan riba, penimbunan barang, dimana ini semua akan menyebabkan pada distorsi pasar.
Distorsi pasar seperti diungkapkan diatas tidak akan terjadi selama para pelaku pasar dibekali karakter etika berbisnis sejak dini. Jika sudah usia dewasa, membentuk karakter perilaku adil dan jujur sangat susah sekali. Oleh sebab itulah, pentingnya menerapkan etika berdagang yang baik sejak dini kepada anak, dengan diawali dari pembiasaan, hingga pembentukan karakter yang baik akan terwujud. Kalau bukan generasi muda kita yang menjadi pelaku pasar, lalu siapa lagi?
Save Children with Islamic Economics;)

No comments:

Post a Comment