Friday, July 15, 2011

Menjadi Supir Angkot yang Berkah

Jika anda tinggal di daerah perkotaan yang sangat mengandalkan transportasi umum sebagai alat transportasi penunjang aktifitas anda sehari-hari, maka tentunya anda sudah tidak asing lagi dengan alat transportasi yang paling fenomenal, angkot.
Alat transportasi darat jenis angkot ini akan sangat banyak anda jumpai di daerah-daerah metropolitan seperti daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). berdasarkan berbagai sumber, jumlah angkot di kota Bogor sebagaimana terdata di kantor Samsat kota Bogor akhir 2009 mencapai 5.383. Padahal jumlah yang tercatat di Samsat tersebut belum ditambah dengan jumlah Angkutan Kota dalam Provinsi (AKDP) yang mencapat jumlah 4.000-an. Jika di total, maka jumlah kendaraan transportasi darat 4 roda atau lebih sudah mencapai angka 9000-an. Tidak heran jika Bogor tidak hanya dijuluki sebagai kota hujan, karena lebih tepatnya yaitu kota Hijau (kota sejuta angkot). Memang angka ini belum seberapa jika dibandingkan dengan Jakarta yang jumlah angkot nya mencapai 5digit, yaitu sekitar 16.000 unit angkot. Angka ini tentunya menambah kontribusi polusi bagi kota metropolitan ini.
Tulisan ini tidak akan mengupas dampak dari banyaknya jumlah angkot di Jabodetabek (mungkin akan dibahas ditulisan selanjutnya), akan tetapi tulisan kali ini lebih menilik tentang perilaku supir angkot yang sedikit banyak merugikan para konsumen angkot, (penumpang). Mengapa demikian?
Anda mungkin salah satu dari konsumen alat transportasi ini yang pernah merasakan suka duka naik angkot. Saya mengibaratkan naik angkot itu layaknya seperti anda berspekulasi, ada faktor untung-untungan. (faktor spekulasi ini mengenyampingkan jenis angkot yang 'timing'/memiliki jadwal sendiri dalam beroperasi). Jika anda naik angkot yang sedang ngetem maka bisa jadi anda 'untung' atau bahkan anda mengalami 'rugi'. Untung ini bisa anda dapatkan jika anda naik angkot yang ngetemnya tidak terlalu lama, anda dapat hemat waktu, hemat tenaga, lebih dapat menjaga kesehatan karena tidak terlalu lama terkena polusi jalan raya dan juga memungkinkan anda untuk hemat uang dengan tidak mengeluarkan biaya-biaya tambahan di perjalanan seperti toilet, membeli minum, membayar pengamen dll.
Tapi jika anda tidak beruntung atau lagi apes, maka bisa jadi angkot yang anda naiki 'ngetem' dengan memakan waktu yang tidak sedikit, bisa jadi 5 menit atau bahkan sampai berjam-jam. Jika mengalami kondisi ini maka ada beberapa kerugian yang anda dapatkan, diantaranya:
1. Rugi Waktu
waktu yang dihabiskan dari angkot ngetem akan memakan waktu berharga anda lebih banyak. Jika perjalananan yang seharusnya di tempuh bisa mencapai 5-15 menit, maka jika angkot 'ngetem' selama 15 menit maka perjalanan anda memakan waktu sejumlah setengah jam (30 menit), tentunya anda akan rugi waktu 15 menit yang seharusnya dapat anda gunakan untuk persiapan sebelum ngantor atau sarapan pagi. Atau lebih fatal lagi jika anda terlambat pada suatu acara pertemuan atau sampai menghabiskan waktu sholat anda.
2. Rugi Tenaga
Jika anda terlalu lama berada di jalan maka berarti akan lebih banyak tenaga yang dibutuhkan, terutama mempertahankan kesabaran berada dijalan, menghadapi panas teriknya mentari, serta merasakan polusi yang tidak sehat.
3. Rugi Kesehatan
Ini adalah faktor utama yang harus anda perhatikan. Supir angkot yang 'ngetem' biasanya menghabiskan waktunya sembari mencari penumpang dengan merokok. Hal ini dianggap oleh sebagian tukang angkot sebagai penghilang rasa stress di jalan. Tapi tidak demikian untuk anda penumpang yang anti rokok. Berada lama-lama di angkot tanpa adanya sirkulasi udara yang baik maka tentunya akan sangat membahayakan kondisi kesehatan terutama pernapasan dan paru-paru anda. Angkot yang berjalan dan berhenti memiliki sirkulasi udara yang berbeda. Sirkulasi udara bagi angkot yang berjalan lebih banyak karena akan ada angin yang menerbangkan asap rokok keluar ruangan angkot, lain halnya jika angkot sedang berhenti, maka sirkulasi udara hanya akan berputar pada ruangan angkot saja serta lingkungan sekitar. Oleh karena itulah merokok di angkot yang sedang berhenti cukup membahayakan orang sekitar. Karena perokok pasif lebih rentan terhadap penyakit daripada perokok aktif.
4 Rugi Uang
Dengan berlama-lama di dalam perjalanan maka tentunya tidak terlepas dari timbulnya biaya-biaya yang tidak terduga. Angkot yang 'ngetem' biasanya kesempatan ini dimanfaatkan oleh sebagian pengamen dalam mengais  rezeki. Mau tidak mau anda mengeluarkan sebagian kecil dari uang anda untuk pengamen tersebut. Disamping itu, tidak menutup kemungkinan ditengah perjalanan anda ingin buang hajat, sehingga anda pun merogoh kocek untuk hal yang satu ini. Selain itu, berlama-lama di jalan tentunya membuat perut atau tenggorokan anda terasa kering, tak ayal lagi anda membutuhkan minum untuk memenuhi kebutuhan biologis tersebut. Oleh sebab itulah dapat dikatakan bahwa jika angkot ngetem maka bersiap-siaplah untuk kebutuhan yang tidak terduga.

Jika sudah begini maka tentunya penumpang akan merasa terdzolimi sebagai akibat dari 'ngetem'nya angkot. dalam penggalan ayat suci Al-Qur'an dengan sangat jelas dinyatakan bahwa jika anda mencari rizki maka jangan mendzolimi ataupun didzolimi,
لاَ تَظْلِمُوْنَ وَلاَ تُظْلَمُوْنَ.....
Artinya: "....kalian tidak mendzalimi dan tidak pula didzalimi" (QS Al-Baqarah: 279)

Dari ayat diatas dapat kita fahami bahwa perilaku merugikan orang lain adalah bagian dari mendzalimi sesamanya. Memang pada dasarnya aktifitas 'ngetem' merupakan hak bagi supir guna mendapatkan penumpang yang lebih banyak. Tetapi harus diingat pula bahwa jika dengan 'ngetem' tersebut membuat penumpang kesal, mengeluh, dan akhirnya tidak ridha, maka tentulah pekerjaan yang tadinya merupakan ibadah dan berpahala bagi kita menjadi sebaliknya yaitu berdosa karena telah mengurangi atau bahkan menghilangkan hak penumpang. Ingatlah bahwa rezeki setiap makhluk dibumi ini sudah ada yang mengatur, yakni Tuhan Allah SWT, sebagaimana firmannya:
“Dan tidak satu binatang melata yang bergerak di muka bumi, kecuali Allah telah menjamin rizkinya.” (QS. Huud: 6)
Ayat ini bermakna jangankan makhluk hidup manusia yang merupakan khalifah dimuka bumi ini, bahkan hewan dan tumbuhan dari yang terkecil sampai yang besar pun rizkinya sudah dijamin oleh Allah SWT.

Dari ayat diatas, kita bisa mengambil hikmahnya, bahwa 'ngetem' dikategorikan mendzalimi penumpang karena beberapa kerugian yang dialami penumpang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka setiap supir angkot haruslah percaya dengan keabsahan ayat tersebut, bahwa hendaknya mereka berfikir, jika penumpang tidak didapat dari tempat A mungkin saja akan ada banyak penumpang yang didapat di tempat B atau C atau bahkan sampe pelosok jalan ada penumpang yang merupakan rizki bagi si supir.
Tahukah anda bahwa Allah-lah yang menggerakkan hati setiap manusia, bisa saja Allah menggerakkan hati si Ahmad untuk mencari angkot di tempat Z dan menjadi penumpang bagi si supir G misalnya. Dan kita tidak pernah tau darimana rizki bisa datang, apakah dari si A. atau si B, atau dari orang yang terdekat kita sendir, atau bahkan dari orang yang telah kita dzalimi. Dan jika kita mendzalimi sesama maka orang tidak akan ridho dengan kita, jika orang tidak ridho maka silaturrahmi pun terputus, terputusnya silaturrahmi menyebabkan jalan menuju rizki pun terhambat. Na'uzubillahimin zalik, Sesungguhnya semua itu adalah kuasa Tuhan yang Maha Kaya.
Allah SWT berfirman: "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan (QS An-Nuur; 52).

Terlepas dari aktifitas ngetem, hak penumpang lainnya yang harus dipenuhi adalah mengantarkan mereka sampai tujuan dengan selamat. Memang terkadang musibah kita tidak tahu kapan datangnya, akan tetapi, faktor kehati-hatian sangatlah penting guna memenuhi hak penumpang yaitu aman di perjalanan. Tidak jarang supir angkot membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi dengan dalih bersaing dengan angkot lainnya untuk mendapatkan penumpang. Al-hasil, keselamatan jiwa penumpang menjadi terancam. Jika musibah sudah terjadi, maka tak bisa dihindarkan lagi kecelakaan pun menanti, bisa jadi nyawa menjadi taruhannya hanya dengan membayar ongkos Rp. 2.000,-. Jelas saja ini merupakan perilaku dzalim ketika membawa angkot.
Prinsip etika bekerja dalam Islam tidak hanya harus dipahami oleh mereka yang bekerja di kantoran saja, atau bahkan para pedagang, akan tetapi bagi semua profesi yang menginginkan bekerja secara profesional maka dia harus paham bagaimana etika dalam bekerja sesuai dengan syariah Islam.
Pembahasan mengenai etika kerja dalam Islam ini akan saya bahas dalam tulisan saya selanjutnya.
”Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.” (QS Al-Maidah ; 2)


Wallahua'lam bis shawab.
thank's 4 reading, suggestions are welcome;-)

2 comments:

  1. makasih F1 dah berkunjung n kasih saran. aq baru dkomunitas ini, so masih btuh perbaikan n masukan yg banyak how 2 write n blog well;) 4the next mungkin bs aq perbaiki, somehow thx so much yuaaaa;)

    ReplyDelete